Postingan

Review Buku : Dewi Duri & Cahaya Kunang-Kunang

Gambar
  Sumber foto : Dokpri  Judul : Dewi Duri & Cahaya Kunang-Kunang || 175 Halaman || Editor : Triyanto Triwikromo || PT Gramedia Jakarta ||2020 Enam belas cerita yang tersaji dalam buku ini adalah karya enam belas sastrawan muda pemenang sayembara menulis cerpen mitologi yang diselenggarakan oleh universitas ivet semarang tahun 2018. Diterbitkan sebagai upaya mengawetkan mitos-mitos lama Indonesia yang ditulis ulang dan menyambut mitos-mitos baru karya sastrawan Indonesia. Mitos adalah upaya imajinasi manusia untuk menjelaskan serta menceritakan banyak fenomena alam sebagaimana bisa disaksikan. Mereka menerangkan asal-usul alam, manusia, dan makhluk serta objek_objek fisik alam.  [Hal. XI] Salah satu cerita yang saya suka pada buku antologi ini adalah  Dewi Duri karya Yudhi Herwibowo. Menceritakan tentang seorang Dewi yang dikirim ke muka bumi untuk menebus dosa Ayah dan Ibunya.  Di bumi, Dewi bertemu dengan bunga kelopak merah kemudian mereka lanjut menjadi sahabat.  Saat berjalan-j

Cek Jalur Bogor - Jakarta (Perpusnas) dengan kendaraan umum

Gambar
Sumber foto : Dok. Pribadi Jadi Weekend kemaren, jalan-jalan ke perpustakaan nasional sekalian mau nyobain rute Bogor - Jakarta pake kendaraan umum. Berangkat dari rumah di Ciangsana sekitar pukul 09.50 WIB dengan menumpangi angkot biru kode 121A jurusan Ciangsana-kampung rambutan.  Waktu tempuh lumayan lama sih, butuh waktu satu jam untuk bisa sampai di terminal bus kampung rambutan. Itu belum kena macet karena lewat tol. Ongkos naik angkot dari Ciangsana ke Kampung Rambutan sebanyak Rp 15.000 Di kampung rambutan, mencari bus transjakarta, ternyata haltenya tidak jauh dari tempat saya turun dari angkot, hanya beberapa meter.  Sampai halte langsung bertanya ke petugas, bagaimana caranya naik bus transjakarta sedangkan belum punya kartu. Dari sana, saya diarahkan ke mesin untuk membeli kartu dengan menyiapkan uang pas tiga puluh ribu rupiah. "Satu orang satu kartu," katanya.  Sumber Foto : Dokpri Dengan bantuan petugas di halte transjakarta, akhirnya sebuah kartu keluar dari m

Pos Bloc Jakarta

Gambar
Sumber foto : Dokpri Jadi hari pertama tahun 2022 kemarin, rencana mau ke perpustakaan nasional, cek per cek ternyata tutup karena libur tahun baru.  Opsi kedua mau jalan ke museum nasional,  yang jaraknya tidak jauh dari pusnas juga, mau temani kaka ica lihat pameran. Tapi lagi-lagi pintu masuk tertutup rapat, wajar saja karena ini memang masih suasana libur tahun baru.  Sebenarnya ini sudah direncanakan jauh hari bersama Kanni dan Kaka Ica. Mau ke Jakarta naik Busway. Bahkan satu bulan sebelumnya sudah cek di google maps, rute Bogor-Jakarta Via kendaraan umum.  Saat tiba waktunya berangkat semua sudah dipersiapkan termasuk E-money untuk jaga-jaga jika pembayaran busway tidak menerima uang tunai. Terik matahari seolah akan memanggang tubuh siang itu jika saja kami--saya, Kanni dan kaka Ica berjalan ke tempat menunggu rute angkutan umum. Untungnya ada om Jovi dan mbak Laras serta Baby Asya yang siap mengantar, rencananya hanya sampai kampung rambutan supaya kami tidak terlalu lama menu

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Gambar
Judul Buku      :  Bob Sadino : Mereka bilang saya gila Penerbit          :  Kintamani Publishing Penulis            :  Edy Zaqeus Tahun terbit     :  2009 Blurb                  : Bob Sadino sering dianggap sebagai seorang  interpreneur  Ikon Indonesia. Keberhasilannya menjadi pioner di bidang agrobisnis dan agroindustri dengan bendera  Kemchicks Group  begitu membekas.  Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan dan kepiawaiannya berkomunikasi pun tak diragukan lagi. Tapi yang tak kalah menarik adalah gaya Bob dalam berpakaian, berpikir,  berkomentar,  bersikap dan bertindak.  Inilah komentar publik : nyentrik, unik,  stylish, berkelas, provokatif, kontroversial,  berani,  sangat merdeka. "The real entrepreneur" bahkan fenomenal. namun satu kalimat yang mungkin mewakili semua pandangan tersebut, seperti yang Bob sendiri katakan  "Mereka bilang saya gila! " Review  Buku ini bercerita tentang roda kehidupan seorang pengusaha sukses, Bob Sadino. Kehidupan masa kecil

Berkunjung ke Kampung Cina

Gambar
Sumber Foto : Dok. Pribadi Kampung cina ini bisa menjadi salah satu alternatif buat kamu yang mau mengisi hari libur dengan jalan-jalan sambil berbelanja.  berada di kawasan perumahan Kota wisata,  Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor.  Kampung cina ini di bangun pada tahun 2002 khusus untuk warga perumahan kota wisata, namun seiring berjalannya waktu kampung cina ini semakin dikenal oleh hal layak sehingga pengunjung yang datang tak hanya dari kota Bogor,  bahkan ada yang berasal dari luar pulau jawa.  Sebelumnya,  terdapat banyak bangunan di kawasan kampung cina tersebut,  ada kampung indonesia,  kampung jepang,  dan kampung Eropa.  Tapi karena kampung cina lah yang paling menonjol maka bangunan kampung yang lain dirobohkan sehingga yang tersisa hanya kampung cina ini.  Tiap tahun rutin digelar acara-acara yang identik dengan perayaan hari besar cina seperti pertunjukan barongsai dan lain sebagainya.  Kamu tak perlu mengeluarkan goceng sebelum masuk ke tempat ini,  sebab kita tak perlu

Menggapai Puncak Gunung Lompobattang 4

Gambar
  Sumber Foto : Dok. Pribadi (Lanjutan) Segala upaya telah kami lakukan untuk memulihkan kondisi Tasya. Berselang beberapa jam ia mulai merasa lebih baik, suhu tubuhnya kembali normal. Senja berganti ungu, sesekali membalikkan badan. Mencuri waktu menyaksikan bagaskara terbenam. Suasana malam mencekam. Angin bertiup sangat kencang, seolah ingin membawa tenda dan flysheet kami terbang. Tak ada aktivitas di luar tenda. Hanya desiran angin yang terdengar. Malam ini akan terasa lebih panjang dari malam biasanya. Saat terbangun, mentari sudah beranjak naik. Masih kusaksikan  kerlap kerlip lampu kota yang semalam tak sempat kunikmati. di bawah jingga, ada laut membentang yang menambah keeksotisan panorama alam. Kembali ke tenda dan berbenah, siap-siap menuju puncak. Di jalur menuju puncak inilah kutemukan tanjakan terekstrim selama pendakian. Memanjat batu berukuran besar yang berdiri gagah. Di sela-sela bebatuan tersebut, hanya cukup satu kaki untuk berpijak. Tak ada akar atau ranting pohon

Menggapai Puncak Gunung Lompobattang 3

Gambar
  Foto : Dok. Pribadi (Lanjutan) Nuansa pagi masih sepi, semua teman masih lelap dalam tenda masing-masing. Dingin yang menembus pori-pori kulit membuatku enggan melepas sleeping bag. Kubuka tenda, sang surya telah muncul. Telat, kewajibanku belum kutunaikan. Kulawan angin gunung yang menyelusup ke dalam sweater, menahan dinginnya air, seperti baru keluar dari freezer. Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit, kewajiban selesai. Legah, meski subuhnya kesiangan. "Selamat pagi."  Kudengar beberapa orang mengucapkan kata itu, tak mau kalah, akupun keluar dan menyapa teman yang sudah berdiri di dekat tenda. Katanya perbanyak aktivitas supaya dinginnya tidak terasa. Pagi ini, aku kembali ke tenda sebelah. Memasak. Kami berempat bagi tugas, Darul cuci peralatan yang semalam langsung ditinggal setelah makan, Gondrong bagian masak nasi, sekalian belajar katanya. Sedangkan saya dan Akram bertugas masak indomie dan goreng nugget. Sambil memasak, sesekali Saya tertawa kecil menyaksikan t