Review Buku : Dewi Duri & Cahaya Kunang-Kunang

 

Sumber foto : Dokpri 

Judul : Dewi Duri & Cahaya Kunang-Kunang || 175 Halaman || Editor : Triyanto Triwikromo || PT Gramedia Jakarta ||2020

Enam belas cerita yang tersaji dalam buku ini adalah karya enam belas sastrawan muda pemenang sayembara menulis cerpen mitologi yang diselenggarakan oleh universitas ivet semarang tahun 2018. Diterbitkan sebagai upaya mengawetkan mitos-mitos lama Indonesia yang ditulis ulang dan menyambut mitos-mitos baru karya sastrawan Indonesia.

Mitos adalah upaya imajinasi manusia untuk menjelaskan serta menceritakan banyak fenomena alam sebagaimana bisa disaksikan. Mereka menerangkan asal-usul alam, manusia, dan makhluk serta objek_objek fisik alam.  [Hal. XI]

Salah satu cerita yang saya suka pada buku antologi ini adalah  Dewi Duri karya Yudhi Herwibowo. Menceritakan tentang seorang Dewi yang dikirim ke muka bumi untuk menebus dosa Ayah dan Ibunya. 

Di bumi, Dewi bertemu dengan bunga kelopak merah kemudian mereka lanjut menjadi sahabat. 

Saat berjalan-jalan ke pasar, secara tidak sengaja jubah yang menutup tubuhnya terbuka sehingga orang-orang yang ada disekitarnya melihat tubuhnya yang penuh dengan duri. 

Saat sedang berlari dari kerumunan orang-orang tersebut, seorang tabib istana memanggilnya lalu kemudian dibawa ke istana karena tabib memang sudah lama mencarinya.

Duri yang ada pada tubuhnya digunakan untuk mengobati Putra sang Raja. Setidaknya ada sekitar empat puluh duri yang dipotong dari tubuhnya hingga anak sang raja sembuh. Setiap kali duri itu dipotong, Dewi menahan sakit yang luar biasa juga darah mengucur dari tubuhnya. 

Ternyata itulah salah satu kebaikan yang Dewi lakukan untuk menebus dosa orang tuanya. 

Cahaya dari tangannya muncul, Dewi mendapat satu kesempatan untuk meminta apa yang paling ia inginkan. 

Sebenarnya Dewi boleh saja meminta agar kembali ke langit, tapi melihat sahabatnya--bunga kelopak merah tergeletak tak berdaya diantara tumpukan bunga yang mati, Dewi hanya menginginkan satu hal, bunga kelopak merah kembali bersamanya. 

"Ia yang kini telah berada di tubuh bunga merah, menyatu menjadi duri-duri tajam disekeliling tubuhnya--hanya diam tak menjawab apa-apa" [Hal. 12]

Cerita yang satu ini menggunakan alur maju serta bahasa yang digunakan sangat sederhana sehingga alur ceritanya dapat dipahami dengan baik.

Pada bagian akhir cerita, penulis juga membuat saya paham bahwa pengorbanan itu adalah cara untuk membuat kehidupan lebih baik. 

Saya kasih bintang 4.5/5

Selain Dewi Duri, masih ada 15 cerita mitos lainnya yang tertulis dalam buku ini. 





Komentar

  1. Makasih kak review nya, aku jadi tertarik pungin baca juga. Kayaknya bagus2 ya cerita di dalamnya...

    Pas baca artikel di atas, aku langsung kebayang bunga mawar. Iya gak sih? Apa ada bunga lain yg kelopaknya merah dan berduri? Wkwk. Tapi yang paling penting emang pesan moralnya sih ya, ngena gitu...

    Btw, aku juga pemula banget nih di dunia blogger. Yuk mari kita semangatt!!

    BalasHapus
  2. Hehe iyaa Kak, kita sama sama pemula.
    Pemula harus semangat!

    BalasHapus
  3. Sudah BW ke blognya kakak, ternyata keren² semua isinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belajar dan kudu banyak belajar lagi aku mah, belum ada keren2nya, makasih sudah berkunjung :"

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling