Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Gambar
Judul Buku      :  Bob Sadino : Mereka bilang saya gila Penerbit          :  Kintamani Publishing Penulis            :  Edy Zaqeus Tahun terbit     :  2009 Blurb                  : Bob Sadino sering dianggap sebagai seorang  interpreneur  Ikon Indonesia. Keberhasilannya menjadi pioner di bidang agrobisnis dan agroindustri dengan bendera  Kemchicks Group  begitu membekas.  Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan dan kepiawaiannya berkomunikasi pun tak diragukan lagi. Tapi yang tak kalah menarik adalah gaya Bob dalam berpakaian, berpikir,  berkomentar,  bersikap dan bertindak.  Inilah komentar publik : nyentrik, unik,  stylish, berkelas, provokatif, kontroversial,  berani,  sangat merdeka. "The real entrepreneur" bahkan fenomenal. namun satu kalimat yang mungkin mewakili semua pandangan tersebut, seperti yang Bob sendiri katakan  "Mereka bilang saya gila! " Review  Buku ini bercerita tentang roda kehidupan seorang pengusaha sukses, Bob Sadino. Kehidupan masa kecil

Berkunjung ke Kampung Cina

Gambar
Sumber Foto : Dok. Pribadi Kampung cina ini bisa menjadi salah satu alternatif buat kamu yang mau mengisi hari libur dengan jalan-jalan sambil berbelanja.  berada di kawasan perumahan Kota wisata,  Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor.  Kampung cina ini di bangun pada tahun 2002 khusus untuk warga perumahan kota wisata, namun seiring berjalannya waktu kampung cina ini semakin dikenal oleh hal layak sehingga pengunjung yang datang tak hanya dari kota Bogor,  bahkan ada yang berasal dari luar pulau jawa.  Sebelumnya,  terdapat banyak bangunan di kawasan kampung cina tersebut,  ada kampung indonesia,  kampung jepang,  dan kampung Eropa.  Tapi karena kampung cina lah yang paling menonjol maka bangunan kampung yang lain dirobohkan sehingga yang tersisa hanya kampung cina ini.  Tiap tahun rutin digelar acara-acara yang identik dengan perayaan hari besar cina seperti pertunjukan barongsai dan lain sebagainya.  Kamu tak perlu mengeluarkan goceng sebelum masuk ke tempat ini,  sebab kita tak perlu

Menggapai Puncak Gunung Lompobattang 4

Gambar
  Sumber Foto : Dok. Pribadi (Lanjutan) Segala upaya telah kami lakukan untuk memulihkan kondisi Tasya. Berselang beberapa jam ia mulai merasa lebih baik, suhu tubuhnya kembali normal. Senja berganti ungu, sesekali membalikkan badan. Mencuri waktu menyaksikan bagaskara terbenam. Suasana malam mencekam. Angin bertiup sangat kencang, seolah ingin membawa tenda dan flysheet kami terbang. Tak ada aktivitas di luar tenda. Hanya desiran angin yang terdengar. Malam ini akan terasa lebih panjang dari malam biasanya. Saat terbangun, mentari sudah beranjak naik. Masih kusaksikan  kerlap kerlip lampu kota yang semalam tak sempat kunikmati. di bawah jingga, ada laut membentang yang menambah keeksotisan panorama alam. Kembali ke tenda dan berbenah, siap-siap menuju puncak. Di jalur menuju puncak inilah kutemukan tanjakan terekstrim selama pendakian. Memanjat batu berukuran besar yang berdiri gagah. Di sela-sela bebatuan tersebut, hanya cukup satu kaki untuk berpijak. Tak ada akar atau ranting pohon

Menggapai Puncak Gunung Lompobattang 3

Gambar
  Foto : Dok. Pribadi (Lanjutan) Nuansa pagi masih sepi, semua teman masih lelap dalam tenda masing-masing. Dingin yang menembus pori-pori kulit membuatku enggan melepas sleeping bag. Kubuka tenda, sang surya telah muncul. Telat, kewajibanku belum kutunaikan. Kulawan angin gunung yang menyelusup ke dalam sweater, menahan dinginnya air, seperti baru keluar dari freezer. Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit, kewajiban selesai. Legah, meski subuhnya kesiangan. "Selamat pagi."  Kudengar beberapa orang mengucapkan kata itu, tak mau kalah, akupun keluar dan menyapa teman yang sudah berdiri di dekat tenda. Katanya perbanyak aktivitas supaya dinginnya tidak terasa. Pagi ini, aku kembali ke tenda sebelah. Memasak. Kami berempat bagi tugas, Darul cuci peralatan yang semalam langsung ditinggal setelah makan, Gondrong bagian masak nasi, sekalian belajar katanya. Sedangkan saya dan Akram bertugas masak indomie dan goreng nugget. Sambil memasak, sesekali Saya tertawa kecil menyaksikan t

Menggapai puncak Gunung Lompobattang #2

Gambar
Foto : Dok. Pribadi Tepat pukul 22.35 Saya dan teman-teman tiba di pos 2 dan memutuskan untuk camp di sini mengingat tenaga sudah banyak yang terkuras dan cacing dalam perut pun sudah menari sedari tadi. Di pos 2 ini sumber air sangat memadai untuk melakukan segala aktivitas termasuk masak memasak. Begitu sampai langsung cari area camp, Bongkar carriel, pasang tenda, masak, makan, lalu tidur. Demikian agenda yang kurencanakan malam ini. Namun terkadang harapan tak selalu sesuai kenyataan. Setelah dibantu oleh Darul pasang tenda, Saya membuka ransum yang telah di persiapkan satu malam sebelum berangkat. Rencananya untuk mengurangi sampah, Saya mengemas semua ransum ke dalam wadah tuperware kawe. Yang pertama kali kuperiksa adalah kotak nasi, karena tak ingin bersusah payah masak di gunung, kuputuskan membawa nasi dari rumah. Tapi ternyata nasinya basi. Kotak selanjutnya  berisi sayur wortel dan kentang, yang telah kukupas dan tentu telah kucuci dengan air. Keduanya pun ikut mengeluarkan

Menggapai Puncak Gunung Lompobattang 1

Gambar
Aku hanya pejalan kaki, yang selalu berusaha menguatkan Diri bahwa di depan sana, ada hal lebih indah yang menanti. Pagi ini, setelah bersalaman dan mohon pamit dengan Emak, kulangkahkan kaki dan memacu kendaraan roda dua membelah jalan yang terlihat sepi, padahal hari masih pagi, jarum jam baru menunjukkan angka delapan. Wajar saja, warga di kampung yang mayoritas adalah petani sudah mulai bekerja di ladang. Kemarin, hujan mulai mengguyur seluruh sudut kampung, membuat Mereka berlomba bercocok tanam. Perjalanan hari ini membawaku ke sebuah taman, titik kumpul yang semalam kutentukan bersama teman-teman yang akan melakukan pendakian ke puncak pegunungan Lompobattang, sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi-Selatan. Tak butuh waktu lama, berselang satu jam kemudian, Aku sampai di taman kota. Duduk manis menunggu teman yang berangkat dari arah Makassar. Sebenarnya tidak terlalu suka menunggu, tapi karna ini pendakian bersama, jalan pun harus sama-sama. Setelah semuanya da