Cek Jalur Bogor - Jakarta (Perpusnas) dengan kendaraan umum

Sumber foto : Dok. Pribadi

Jadi Weekend kemaren, jalan-jalan ke perpustakaan nasional sekalian mau nyobain rute Bogor - Jakarta pake kendaraan umum.

Berangkat dari rumah di Ciangsana sekitar pukul 09.50 WIB dengan menumpangi angkot biru kode 121A jurusan Ciangsana-kampung rambutan. 

Waktu tempuh lumayan lama sih, butuh waktu satu jam untuk bisa sampai di terminal bus kampung rambutan. Itu belum kena macet karena lewat tol. Ongkos naik angkot dari Ciangsana ke Kampung Rambutan sebanyak Rp 15.000

Di kampung rambutan, mencari bus transjakarta, ternyata haltenya tidak jauh dari tempat saya turun dari angkot, hanya beberapa meter. 

Sampai halte langsung bertanya ke petugas, bagaimana caranya naik bus transjakarta sedangkan belum punya kartu. Dari sana, saya diarahkan ke mesin untuk membeli kartu dengan menyiapkan uang pas tiga puluh ribu rupiah. "Satu orang satu kartu," katanya. 

Sumber Foto : Dokpri

Dengan bantuan petugas di halte transjakarta, akhirnya sebuah kartu keluar dari mesin. Saya segera mengambilnya kemudian beralih ke pintu masuk. Menempelkan kartu dan langsung menuju pintu antrian penumpang bus rute kampung rambutan - kampung melayu. 

Cukup murah, saldo yang terpotong hanya Rp 3.500 untuk sekali tap. Sebelum naik Bus sempat khawatir, takut saldonya tidak cukup sebab kata orang kalau turun dari busway penumpang harus tap kartu lagi. Tapi setelah bertanya ke sopir bus,  katanya gak perlu tap kartu,  langsung transit aja. Yah ... Maklumlah jika banyak tanya, sebab ini adalah kali pertama naik bus transjakarta.

Cukup menikmati perjalanan dengan menggunakan bus, selain adem serasa di mobil sendiri, juga penumpang merasa nyaman karena tidak perlu berdesak desakan dengan penumpang lawan jenis, ada ruang khusus untuk wanita. 

Pukul 11.50 WIB transit di terminal bus kampung melayu.  Kemudian lanjut naik bus arah jakarta pusat.

Memasuki jalan Mayjen Sutoyo, jalan bus transjakarta mulai lancar jaya karena sudah ada jalur khususnya. Beda dengan jalur sebelumnya,  masih banyak pengendara motor maupun mobil yang seenaknya menyelinap ke jalur busway.

Karena belum terlalu hafal daerah jakpus, saya akhirnya turun di halte yang masih jauh dari lokasi tujuan. Bahkan masih jauh dari pasar senen, rencana mau singgah di situ juga cari buku murah. Karena malas berjalan kaki dibawah terik langit kota Jakarta, saya memilih naik bajai, dan ongkosnya bikin kaget. dua puluh ribu men... Berkali kali lipat dari ongkos bus tadi. Tapi akhirnya "gak papa deh" dari pada jalan kaki.

Setelah tawar menawar buku bekas di pasar senen, lanjut perjalanan ke perpusnas, lagi-lagi harus naik bajai dan harganya tetap sama,  dua puluh rebu, haddehh

Tanpa halangan dan rintangan, sampai juga di Perpusnas RI, di pintu utama pengunjung harus scan barcode dulu dengan aplikasi peduli lindungi. Saat memasuki halaman pusnas ada live music yang menyambut pengunjung. Selanjutnya menuju meja resepsionis untuk ambil kunci loker karena tas yang kita pakai tidak bisa dibawa masuk, semua isinya harus dipindahkan ke tas yang telah disiapkan oleh pihak perpustakaan. 

Setelah itu pengunjung bebas kemana mana, dari lantai satu sampai lantai dua puluh empat, bebas memilih. Tergantung dengan kepentingan masing-masing. 

Kalau saya sih, isi kampung tengah dulu di kantin yang ada di lantai tiga, selanjutnya melaksanakan kewajiban di lantai enam, sholat dhuhur. Kemudian lanjut ke lantai sembilan, di lantai ini khusus menyediakan layanan koleksi Nusantara, kebetulan ada teman yang titip buku "Bate Salapanga Ri Gowa" tapi setelah menanyakan ke petugas,  katanya tidak ada buku yang khusus membahas judul yang saya cari. Cek percek ternyata petugas di lantai sembilan ini orang Makassar juga gaiss...jadi tambah senang karena ketemu dengan orang yang sama sama berasal dari satu kota.




Setiap lantai dilengkapi dengan informasi seperti pada gambar di atas sehingga pengunjung bisa langsung tahu setiap lantai ada apa saja. 

Setelah dari lantai sembilan, saya menuju lantai delapan sekedar melihat koleksi audio visual. Selanjutnya menuju lantai dua puluh yang khusus menyediakan ruang baca terbuka. 

Dari beberapa lantai yang saya kunjungi,  lantai dua puluh inilah yang paling ramai. Karena di sini tersedia berbagai macam buku, mulai dari buku pelajaran yang bisa dijadikan referensi oleh para mahasiswa hingga buku novel dengan berbagai genre. 

Sayangnya baru beberapa menit membaca, perpusnya sudah mau tutup karena sedikit lagi menghampiri pukul 15.00 WIB

Saya meninggalkan perpunas tepat pukul 16.12 karena lumayan lama antri di depan lift, kemudian lanjut berjalan kaki mencari halte bus transjakarta terdekat. Dengan tergopoh gopoh saya bertanya bus jurusan kampung melayu tapi petugasnya bilang tidak ada yang langsung ke sana. Harus transit beberapa kali dulu, juga petugas tersebut memberitahukan titik transit dan harus saya ingat baik baik. 

Di saat penumpang yang lain terlelap di kursinya masing-masing, saya harus menahan kantuk karena takut terlewat titik pemberhentiannya. Kabar baiknya, meski berkali kali transit, naik turun bus, hanya perlu tap kartu satu kali. Jadi dengan saldo Rp 10.000 saya sudah bisa PP Jakarta-Kampung Rambutan.

"Ayo naik Bus untuk mengurangi kemacetan! "

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling