Catatan perjalanan Danau Slank #1
![]() |
Doc. Pribadi |
Setelah hampir satu tahun tidak melakukan perjalanan jauh, akhirnya ujung juni kemarin memutuskan untuk mendaki lagi, meskipun sebenarnya tidak mendaki hingga puncak gunung setidaknya bisa melatih persendian dulu lah.
Jadi bulan kemarin itu, saya bersama teman dari temannya temanku melakukan perjalanan ke danau Slank, sebuah danau yang indah nan eksotik di bawah kaki gunung bawakaraeng.
Seperti rencana awal, bahwa kami akan mendaki tanpa harus menginap ( tek-tok ) alasannya supaya badan lebih enteng saat mendaki, tidak perlu bawa beban perlengkapan camp dan ransum, cukup bawa bekal cemilan aja selama di perjalanan ditambah sedikit persiapan makan siang jika sewaktu-waktu kami butuh asupan makan siang saat di puncak.
Hari itu, saya dan seorang teman (sebut saja cekgu) berangkat dari rumah menjelang jam 5 sore, setelah lolos dari pertanyaan kenapa harus berangkat sore?
"Ya karena kami janjiannya jalan malam" begitu jawaban singkat yang saya ucapkan.
Setelah kendaraan roda dua melaju membelah jalan sepi yang penuh dengan tikungan tajam, tanjakan dan turunan yang curam, akhirnya kami berdua tiba di poros malino. Mengurus makan malam dan lanjut menunaikan kewajiban sholat isya. Niat hati mau istirahat di masjid sambil ngunyah cemilin nunggu teman, apa daya marbot masjid nunggu kami selesai sholat dan akan mematikan lampu. Hiks
"Dari pada di sini terus, mending kita jalan aja pelan-pelan sambil menunggu teman lain di perjalanan ." dan cekgu menyetujui saran tersebut.
Jam sepuluh malam, kami tiba di ikon kota malino.
Bertemu dengan pejalan lain yang tujuannya sama-sama ke malino tapi mungkin destinasi yang akan dikunjungi berbeda, sebab... Malino punya banyak ikon wisata yang selalu menanti para wisatawan.
Kembali ke laptop!
Dengan mengandalkan google maps, saya dan cekgu berjalan perlahan meninggalkan poros malino. Berbelok ke jalan colleng untuk menelusuri villa teman yang akan kami tempati untuk beristirahat malam itu.
Menelusuri rute baru saat menjelang tengah malam adalah tantangan tersendiri bagi saya karena setelah hilang arah dari petunjuk google tidak ada orang-orang yang bisa di tanya, semua sudah terlelap di rumahnya masing-masing.
Untungnya ada cekgu yang standby di belakang, berbalas chat dengan syukur--yang punya villa. Terus meminta petunjuk dan memotret setiap sudut jalan lalu dikirim ke syukur untuk memastikan bahwa kami berdua tidak salah jalan.
Anyway, saya dan cekgu tiba di villa sekitaran jam 11 malam. Setelah keliling, maju mundur ngantuk akhirnya tiba di pekarangan villa H. Mustari. Nahasnya, yang pegang kunci--syukur mustari masih di jalan jadi kami hanya bisa beristirahat di teras rumah sambil menahan kencing selama dua jam karena tidak berani membuka kamar mandi (kayak serem aja gitu, karena villanya jarang ke pake)
karena mata sudah tidak bisa diajak kompromi untuk menunggu tuan rumah, akhirnya pasang matras lalu tidur di teras dengan hembusan angin kota malino yang menusuk hingga ke tulang-tulang. Brrr
===
Pukul satu malam lewat sekian, syukur akhirnya datang bersama seorang teman laki-lakinya. Dan kami langsung masuk memilih kamar masing-masing. Villanya cukup luas, di lantai dua yang kami tempati ada sekitar empat kamar tidur.
Tanpa perlu memasang seprei, saya dan cekgu langsung menghempaskan diri diatas kasur, melanjutkan tidur yang tadi sempat terjeda karena dibangunkan oleh suara motor syukur.
"Besok kita bangun cepat ya... Usahakan start dari sini setelah sholat subuh. " kami bersepakat untuk berangkat pagi-pagi sekali menuju base camp.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar