Pendakian salah alamat


Yang rencananya mau mendaki ke lembah lohe, tapi nyatanya cuma sampai Danau Tanralili. 

Padahal sudah membayangkan keindahan lembah lohe yang seperti di negeri dongeng. 

Tapi untuk bisa Camp di danau Tanralili saja, itu sudah luar biasa. Bukankah kita akan mendapat cerita berbeda meski mendatangi tempat yang sama? 

...

Ngomong-ngomong tentang mendaki, sebenarnya dari beberapa bulan lalu saya berencana mau muncak, tapi ada hal urgent sehingga budget liburan dialihkan dulu.

Satu pekan sebelumnya sudah camp tipis-tipis di hutan pinus, tapi itu hanya mengobati seperempat rindu saya dengan jalur pendakian dan puncak. 

Pekan berikutnya, saya mendapat kabar dari salah seorang teman, bahwa ada pendakian bersama ke lembah lohe. Salah satu tempat wisata yang sudah cukup lama membuat saya penasaran dan ingin menapakinya. 

Karena budget sudah cukup dan kondisi fisik juga mendukung, akhirnya saya memutuskan untuk ikut. 

Setelah perlengkapan aman, saya bersama kedua teman yang lain--idha dan hamsiah siap berangkat. 

Rencananya, start dari meeting point jam 18.30 Wita pada hari sabtu 26 Juni 2022. Tapi kami bertiga memutuskan untuk berangkat dari rumah pada siang hari (ba'da dhuhur)  karena persiapan logistik belum ada sama sekali, juga supaya tidak terburu-buru di jalan, mengingat jarak antara rumah dan meeting point (mepo) lumayan jauh ... sekitar 2 jam perjalanan.

Namun, kami sampai lebih lambat dari perkiraan karena selain singgah belanja logistik, juga beberapa kali harus menepi karena di hantam hujan deras. 

Baru beberapa menit meninggalkan rumah, mendung sudah menggantung di atas sana. Membuat saya harus menyiapkan rain coat secepatnya, tapi sialnya... Carrier tetap basah sehingga beratnya bertambah dua kali lipat dari biasanya, untungnya semua pakaian ganti, sleeping bag, dan peralatan lain sudah kubungkus rapi menggunakan plastik sehingga tak perlu khawatir tentang hal tersebut. 

Dokpri

Walaupun sudah menggunakan jas hujan, tapi beberapa tetes air tetap saja menembus masuk ke dalam celah celah jas hujan yang sobek, dan akhirnya saya tetap basah. 

Tiba di Meeting Point (Mepo) 

Sekitar pukul 15.50 Wita, kami bertiga sampai di mepo. Melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim di masjid, packing ulang lalu duduk manis menunggu teman-teman. 

Selama hampir Tiga jam menunggu di mepo, saya dalam kondisi kurang nyaman karena baju yang saya gunakan masih basah sementara rombongan yang kami tunggu belum juga sampai. 

Dan setelah dipikir pikir, dari pada saya masuk angin karena tidak ganti pakaian, mending saya gunakan baju ganti yang saya siapkan untuk di pakai tidur di puncak dari pada dapat penyakit. 

Ahh ... Jika saja saya belum terlanjur mengiyakan dan tidak janjian dengan rombongan lain, perjalanan ini bisa saya batalkan. 

Pukul  19.05 Wita, salah seorang tema dapat kabar bahwa rombongan yang kami tunggu sudah tiba di mepo dan kami langsung berangkat tanpa tahu berapa orang yang ikut dalam perjalanan menuju lembah lohe.

Kami terus memacu kendaraan, membelah jalan poros malino yang semakin malam semakin ramai. Dalam hati terus kulantunkan dzikir dan berdoa semoga perjalanan kami dilancarkan hingga tempat tujuan. 

Setelah berkendara selama satu jam empat puluh menit, kami singgah beristirahat di pertigaan jalan poros malino - Parigi sambil menunggu teman-teman lain yang belum sampai di lokasi. 

Pukul 21.15 Wita kami meninggalkan tempat tersebut, kembali memacu si kuda besi melewati gelapnya malam. Tikungan, tanjakan, dan turunan mulai kami jumpai, di tambah lagi jalanan sempit dan beberapa lubang kecil. 

Hanya deru suara motor yang menghiasi perjalanan kami, sementara tanganku tiada henti menarik tali carriel ke depan, takut jika sewaktu waktu kehilangan keseimbangan. 

Tiba di Base Camp

Pukul 22.05 Wita kami tiba di basecamp pendakian, langsung memarkirkan kendaraan, istirahat sejenak lalu siap siap menuju loket registrasi. 

Salah seorang pengelola datang menghampiri kami dan bertanya, berapa orang dalam satu tim? 

"Kami berjumlah tujuh orang kak. " Jawabku

"Oh satu rombongan dengan ini?. Sambil menunjuk pendaki lain yang memang berbarengan dengan kami. 

"Tidak kak, kami hanya numpang jalan sama mereka karena belum tahu jalur menuju lembah lohe. " saya kembali menjawab mewakili teman teman yang lain. 

"Oh iya, silahkan melakukan registrasi di dekat pintu masuk." pihak pengelola mengarahkan kami ke pintu registrasi. 

Biaya Registrasi

Setelah istirahat sebentar, saya dan enam orang teman yang lain (Syukur, Lili,  Nasrul, Ida, Hamsiah, dan sapri)  menuju pos registrasi.

Saat mengisi buku, ada Beberapa hal yang diisi dalam kolom registrasi, seperti nama, alamat, nomor telepon pendaki, nomor telepon keluarga, jumlah tim, dan rencana berapa lama di lokasi. 

Adapun biaya registrasi sebesar 5K perorang dan parkir 5K permotor. 

Sambil menunggu antrian mengisi buku registtasi, seorang pengelola mengatakan "Perempuan begini nih yang keren diajak mendaki, bisa mandiri, bawa carriel sendiri" sontak beberapa pasang mata mengarah kepada kami bertiga--saya, ida, dan hamsiah.

Seorang pendaki laki-laki ikut menimpali "Kak kalau capek di jalur, carriel nya dioper ke saya aja. " Kami hanya membalas dengan senyuman.

Tapi bagi saya, pantang menyerahkan barang bawaan kepada teman laki laki selama masih mampu. 

Mulai Tracking

Sekitar pukul 22.15 Wita kami memulai perjalanan, saya dan teman teman nebeng sama pendaki lain karena belum tau jalur menuju lembah lohe. 

Awal memulai perjalanan,  jalur masih landai jadi kami masih aman aman saja, berjalan penuh semangat. 

Namun beberapa menit berikutnya langsung di dihadapkan dengan tanjakan seribu penyesalan. 

Saya mulai ngos ngosan, sesekali berhenti mengatur nafas dan mengistirahatkan kaki yang sudah susah diajak melewati jalan bebatuan. 

Dengan bantuan headlamp, saya terus berjalan di tengah sunyi dan gelapnya malam. 

Terakhir kali menjejak jalur ini sekitar tahun 2018 Lalu, saat melakukan pendakian ke danau Tanralili, jadi belum begitu khawatir ketika di tinggal oleh rombongan pendaki yang ada di depan kami. 

Setelah melewati berbagai macam jalur tracking,  mulai dari tanjakan, turunan, dan jalur landai atau bonus, akhirnya kami tiba di puncak jaringan pada pukul 24.12 Wita
Beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan. 

Tiba di Danau Tanralili


Pukul 21.30 Wita, kami tiba di Danau Tanralili dan akhirnya memutuskan untuk Camp di Danau Tanralili karena malam sudah terlalu larut. Seperti kesepakatan awal bersama rombongan pendaki yang kami tumpangi bahwa kami akan camp di danau Tanralili jika sudah tengah malam.

Setelah berkeliling mencari area camp, kami mendirikan tenda disekitar area pendaki lain yang sudah terlelap dalam tenda masing-masing. Sementara kami masih sibuk menyiapkan tenda dan makanan, selepas itu langsung siap siap tidur.

Di tengah dinginnya pinggiran danau Tanralili yang menembus tenda, saya mencoba memejamkan mata yang sudah teramat lelah. 

"Istirahatlah... Besok pagi kita lanjut trekking ke lembah lohe." ucapku pada ida dan hamsiah. 

Namun nahasnya, saat malam telah berganti pagi, rombongan pendaki yang kami tumpangi semalam sudah trekking duluan menuju lembah lohe. 

"Mungkin semalam mereka langsung ke lembah lohe tanpa memberi tahu kita." ucapku pada teman yang lain. 

Padahal kami sudah sepakat, bahwa jika sudah terlalu larut kami akan camp di danau tanralili, kemudian lanjut ke lembah lohe besok paginya.

Namun apa hendak di kata, kami hanya rombongan yang nebeng di jalur. Dahlah... Di sini saja, menikmati ke eksotisan danau Tanralili.  

View Danau Tanralili

Nyatanya, untuk mendapatkan view inipun butuh perjuangan ekstra. 

Sarapan pagi

 



Karena gak mau ribet, saya membeli ayam goreng tapi tetep aja harus masak sayur. 


Pesona danau Tanralili dari pinggir sungai. Ambil gambar dari sudut mana saja tetap indah dan menawan. Wajar jika tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh pendaki. 




Foto bersama rombongan sebelum meninggalkan danau Tanralili. Perginya bareng pulangnya pun harus bareng dong. Sepanjang jalur, hingga sampai rumah, kami masih kepikiran tentang rombongan pendaki lain yang meninggalkan kami di danau Tanralili .

Pulang 

Setelah Packing dan beres-beres kami meninggalkan area camp pada pukul 11.30 Wita. Sengaja berangkat siang supaya bisa jalan santai sekaligus mengambil beberapa potret di jalur. 


O Kilometer sungai Je'neberang merupakan salah satu tempat ikonik para pendaki untuk mengabadikan potret diri. 

Sepanjang jalur, terbentang panorama alam ciptaan Tuhan. Bahkan bekas bekas longsoran pun begitu indah dan mempesona. 

Hamparan bukit hijau, dibawahnya mengalir sungai yang menghiasi pandangan sepanjang jalur. 



Maksud hati mau mengabadikan perjalanan sepanjang jalur, tapi baru berjalan saja, hujan kembali mengguyur. 

Ahh sial ... Carrier akan semakin berat. Untungnya ada hamsiah yang bantu membawa carrier.


Penutup

Sekian cerita perjalanan saya bulan juni kemarin, mohon maaf jika masih amburadul. 

Jangan lupa tulis saran dan kritik di komentar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling