Penipu Berkedok Dermawan

Siang kemaren, saya baru saja membuka pesan dari seseorang yang tak kukenal. Saat membuka aplikasi berwarna hijau, muncul chat dari nomor baru yang tidak tersave di kontakku. Dengan rasa penasaran saya segera membuka pesan tersebut


"Assalamu alaikum ... ini ada sedikit rezeki dari keluarga, semoga berkah dan bermanfaat." Sapanya mengawali perbincangan, kemudian diikuti dengan kiriman gambar bukti transfer uang sejumlah lima ratus ribu yang ditujukan ke rekening milik saya.


"Waalaikumsalam, Alhamdulillah terima kasih Pak. Semoga bapak dan keluarga diberi kesehatan dan selalu dalam LindunganNya." Saya menjawab pesannya dengan sedikit tersenyum, merasa senang karena akhirnya ada yang berdonasi setelah menyebar posdig open donasi di akun sosial media beberapa jam yang lalu.


Tak henti hentinya saya mengucap syukur karena satu persatu hati para Dermawan mulai terketuk untuk bersedekah. padahal posdignya baru dibagikan oleh beberapa teman Relawan.


Iya, saya adalah seorang Relawan di salah satu lembaga kemanusiaan, saya bersama teman teman sedang melakukan penggalangan donasi untuk korban kebakaran rumah dan seperti sebelum belumnya, kami menyepakati bahwa no rekening saya lah yg akan digunakan untuk menggalang donasi, namun Ironisnya, pada saat seperti ini, ada ada saja orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

===


"Saya ardiansyah, Mohon maaf sebelumnya atas ketidaknyamanannya bu, sebenarnya itu kesalahan saat transfer, saya hanya menyuruh istri saya mentransfer dua ratus ribu tapi yang ditransfer lima ratus ribu. minta tolong yang tiga ratua ribunya dikembalikan karena sangat butuh." Lanjutnya


"Iya pak, setelah ketemu BriLink akan saya transfer kembali uangnya. Mohon kirimkan nomor Rekeningnya."  Kataku mengiyakan sambil berdoa semoga di lokasi tempat saya berada ketemu ATM mini.


Berselang beberapa menit kemudian, lelaki yang kini saya ketahui namanya adalah Ardiansyah kembali mengirimkan sebuah gambar yang berisi nomor akun BRIVA.


"Diperlihatkan ke Agen BriLink nya aja bu."

"Nanti di transfer ke sini ya ..." 

"Saya tunggu secepatnya bu karena mau di pakai bayar arisan."


Tiga pesan darinya berurut tanpa jeda, diikuti panggilan suara tak terjawab. 


"Baik Pak, ketika ketemu ATM Mini di jalan, saya akan segera transfer, ini saya dalam perjalanan pulang" Kataku mencoba memberi pengertian karena memang posisi saya saat itu sedang siap siap pulang ke rumah.


Beberapa menit berikutnya, ketika saya tidak berkabar, si Ardiansyah kembali menghubungiku lewat panggilan suara di whatsapp.


"Bagaimana bu? minta tolong ya ... mau dipake bayar arisan nih."


Segera saya bergegas mencari tempat untuk mentransfer, kulihat kembali isi dompet, tak mencukupi. bahkan untuk sekedar membayar biaya transfer sejumlah sepuluh ribu pun saya benar benar tidak punya, terpaksa meminjam duit keponakan yang saat itu menemani saya.


Sebelum meninggalkan tempat transaksi, segera kufoto struk transfer kemudian dikirim lewat WA.


"Baik bu, terima kasih" balasnya setelah saya perlihatkan bukti transfer melalui foto yang saya kirim di WA


Oke kelar, masalah selesai.

 ===


Lima jam berikutnya, setelah beristirahat selepas melakukan perjalanan jauh, saya kembali menarik ulur layar gawai dan membuka chat di WA.


Pesan pak Ardiansyah kembali muncul, ia mengirimkan bukti transfer yang nominalnya lebih banyak dari sebelumnya. Delapan ratus ribu.


"Assalamu alaikum bu, ini ada keluarga yang donasi juga, sudah dikirimkan ke rekening ibu sejumlah delapan ratus ribu tapi kata keluarga saya, tolong disalurkan ke donasi kebakaran tiga ratus lima puluh ribu kemudian selebihnya minta tolong disalurkan ke donasi kebakaran di tempat lain." Ia kemudian mengirimkan nomor rekening beserta nama pemilik dan nama BANK nya.


"langsung aja disalurkan kesini"

"semoga berkah"


Lagi lagi chatnya berturut turut tanpa jeda. Saya menscroll layar gawai ke atas, membaca ulang pesan yang dikirim.


"Maksudnya Pak?" saya mulai mengernyitkan dahi, mulai tak mengerti, kenapa bapak ini setiap kali donasi selalu mengirim lebih kemudian minta dikembalikan sebagiannya. 


"Bu minta tolong difotokan bukti transfernya."

"Asaalamu alaikum."

"Kenapa gak ada kabar?"

"Bu, ini kami menunggu"

"Uangnya dari tadi di tunggu bu."

"Gak enak loh bu sama bendaharanya, udah di janji hari ini."


Rentetan pesannya yang diselingi panggilan suara tak terjawab memenuhi ruang chatku.


Tunggu dulu, bagaimana kalau dia ini hanya menipu saya?

tapi kan bukti transfer yg dikirimkan sudah jelas, Lalu?

ahh perasaan saya mulai tidak enak, sepertinya ada sesuatu yang menyesakkan dada.


Saya belum cek mutasi, bagaimana kalau sebenarnya saldo tidak bertambah? bagaimana kalau sebenarnya uang itu tidak pernah masuk ke rekening saya? bagaimana kalau bukti transfer yang dikirimkan itu hanya editan? emang bisa? masa iya? pertanyaan itu terus berputar mengelilingi ruang kepalaku.


Kembali kuperiksa pesan yang masuk, tidak ada sms banking. tidak ada sms dari notif BR* bahwa ada transaksi kredit sejumlah tadi, yg ada hanya top up saldo Briv* sebanyak tiga ratus, dan itulah yang saya transfer tadi. Mau cek saldo tidak bisa pake B*Im* karena memang sudah di nonaktifkan oleh Bank yang bersangkutan sehingga saya cukup kesulitan cek mutasi rekening, mau cek pake aplikasi baru juga susah karena akun saya belum terdaftar.


Beberapa bulan lalu, sebuah pemberitahuan pernah lewat diberanda facebook saya, bahwasanya ada penipuan modus baru yaitu mengelabui atau mengedit bukti transfer, kemudian dikirim ke olshop supaya barangnya dikirim meski sebenarnya si customer belum bayar tapi saya kira ini hanya terjadi pada pedagang online.


Akhirnya saya benar benar sadar bahwa saya kena tipu oleh seseorang yang mengaku orang Dermawan, yang pura pura berdonasi dengan memalsukan bukti transfer dengan editan. 


Menyadari hal tersebut, saya jadi geram tapi tidak tahu bagaimana cara membalas si penipu, akhirnya saya terus membalas setiap chatnya dengan berpura pura akan mengirimkan uang kepadanya, terus berbasa basi hingga si penipu mulai capek, emosi, dan sekarang sudah tidak menghubungi saya lagi.


Sambil menyeka air mata, sebuah doa terus kulantunkan " Allah semoga kesehatan dan kekuatan selalu menyertaiku agar dapat mencari rejeki yang lebih baik dan lebih banyak dari yang hilang."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling