Wisata Kota Tua Jakarta

Sumber foto : Dokpri

Kota Tua merupakan situs warisan  era kolonial belanda, pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan di benua asia karena lokasinya strategis dan sumber daya melimpah. 

Pekan ini saya berkunjung kesana, Yuk ikuti cerita perjalanan saya ke Kota Tua. 

Siang itu, matahari sangat terik, seakan membakar kulit. Wajar saja karena saya tiba pukul satu, Saat matahari terasa sedang berada di atas ubun-ubun.

Sebelum masuk tak lupa beli topi bucket  sebagai pelindung kepala, setidaknya tidak terkena pancaran sinar matahari langsung. 

Dua langkah dari gerbang, saya diarahkan oleh security untuk scan barcode peduli lindungi tapi karena tidak punya aplikasinya cukup menunjukkan kartu vaksin kepada petugas. 

Rute

Rute menuju kota tua bisa diakses dari mana saja karena letaknya yang berada ditengah tengah kota Jakarta, sehingga jika kamu bertanya warga di sana akan langsung tahu. 

Bisa diakses oleh kendaraan umum baik Busway maupun kereta. Tapi karena kartu Jaklingko saya kemarin sempat bermasalah, saya memilih naik taksi dari Masjid Istiqlal menuju Kota Tua dengan biaya 30K

Jam Buka

Kota Tua ini buka dari jam 10.00 pagi sampai jam 06.00 sore. Sebelum pandemi, kawasan ini biasanya buka hingga malam tapi karena ada pembatasan, bukanya hanya sampai sore. Dan jumlah pengunjung yang masuk pun masih di batasi. 

Lokasi

Kota Tua Jakarta terletak di Pinangsia, Tamansari-Jakarta Barat. 

Tiket Masuk

Sebelumnya sempat berpikir bahwa masuk di Kota Tua itu harus bayar tiket atau karcis  ternyata gratis [Ini untuk di pintu gerbang yah, kurang tau kalau mau masuk museum, bayar atau enggak karena waktu saya berkunjung museum belum dibuka untuk umum]

Setelah diperiksa, saya diarahkan masuk melewati jalur kiri. Di sisi jalan terlihat beberapa orang laki laki duduk dan menawarkan jasa pembaca garis tangan. 

"Ya ampun, emang zaman sekarang masih ada yang percaya hal semacam itu?" 

Pertanyaanku terjawab saat berjalan beberapa langkah dari laki laki itu. Ternyata memang masih ada yang datang dan menyodorkan telapak tangannya untuk dibaca. 

Selain pembaca garis tangan, juga ada manusia patung yang berdiri tegak dengan pakaian pahlawan tempo dulu lengkap dengan senjatanya. 

Bangunan warisan era kolonial belanda ini belum terlalu ramai ketika saya tiba. Sepeda onthel yang disewakan masih berjejer rapi di tepi taman Fatahillah.

Karena cuaca masih cukup panas,  saya lebih memilih duduk selonjoran di depan salah satu museum yang ada di kawasan kota tua ini. 

Museumnya masih di tutup sehingga wisatawan belum bisa masuk ke gedung tersebut. 

Ditemani oleh seorang kawan yang sengaja janjian ketemu di kota tua, kami menikmati suasana hingga sore hari. 

Sekedar menyaksikan pengunjung lain bersepeda mengelilingi taman fatahillah dengan topi pantai dikepalanya kemudian berswafoto bersama temannya atau entah kekasih. 

Atau sepasang mata kami memperhatikan pengunjung lain yang datang bersama keluarganya, bercanda ria dan mengabadikan gambar juga. 

Sumber foto : Kompas

Entah kenapa saya tiba tiba kehilangan selera berfotoku sore itu, padahal banyak sudut menarik yang  bisa dijadikan background foto. Rasanya lebih betah berlama lama duduk di depan museum.  serasa lebih adem dengan hempasan angin yang sesekali datang menerpa wajahku. 

Spot Menarik Kota Tua

Selain museum wayang, juga ada museum seni rupa, museum Bank Indonesia, Batavia cafe dan Museum 3D

Jadi saat pengunjung lapar atau sekedar mau menyegarkan tenggorokan, bisa langsung ke Cafe Batavia, atau ke bangunan kantor  pos Indonesia karena di situ tersedia resto mini yang menyediakan menu ayam, nasi dan minuman yang bisa mengatasi rasa lapar.

Bagian belakang museum pos indonesia terdapat mushollah bagi pengunjung muslim yang mau menunaikan kewajibannya. Kan rasanya lebih plong aja gitu, kalau jalan jalan dan kewajiban telah dilaksanakan. 

Yang tak kalah menarik dari spot Kota Tua yang saya sebutkan di atas adalah Art Street atau seni jalanan. Mereka mewarnai tubuhnya dengan warna gelap sehingga sangat mirip dengan patung, yaa manusia patung lebih tepatnya dan kabar baiknya patung tersebut bisa di ajak berfoto dan berganti gaya, setelahnya pengunjung bisa menaruh uang pada kotak yang telah disediakan.

Selain gaya ala pahlawan juga beberapa ada yang berpakaian seperti pengantin dan pakaian pahlawan wanita pada masanya.

Jika kamu mau berkunjung kesini sebaiknya datanglah saat hari kerja supaya tidak terlalu ramai. Atau berkunjunglah di sore hari, saat cuaca sudah teduh dan jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan.  

***

Sekian cerita pengalaman jalan-jalan pekan ini, semoga bermanfaat. 

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.  😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling