Jadi Putri Minang sehari di rumah adat Minang Taman Mini Indonesia Indah



Hari ini, setelah vaksin dosis kedua di Rumah Sakit Ridwan Mhouraksa, langsung jalan jalan pagi ke taman mini. 

Sebelumnya sempat kaget di rumah sakit karena petugas vaksin bilang jarak antara vaksin pertama ke vaksin kedua saya terlalu jauh sehingga hampir kadaluarsa. 

Jadi katanya, untuk vaksin jenis sinovac itu batas waktunya hanya enam bulan, sementara saya kayaknya sudah mendekati lima bulan.

Kembali ke laptop, jadi pagi tadi ceritanya saya jalan kaki dari rumah sakit ke taman mini karena kata kakak dekat kok dari sini. Dan gak sempat tanya om google juga karena kupikir gak apa apalah itung itung olahraga pagi.

Udara masih segar, belum terlalu terik karena masih jam tujuh pagi. Juga banyak pohon berjejer di pinggir jalan sebagai pelindung.

Setelah beberapa kali bertanya pada orang-orang yang kutemui di pinggir jalan, katanya "masih di depan neng" padahal kaki sudah mulai lelah berjalan. Kulirik daerah sekitar sepertinya hanya saya yang berjalan seorang diri, mau naik ojek online gak punya aplikasi, mau naik angkutan umum gak tau mau naik kode berapa. Tau taunya saya sudah sampai aja di pintu satu Taman Mini Indonesia Indah.

Mau masuk, pandangan malah fokus ke spanduk pemberitahuan di hadapan saya.


Haddeh padahal saya sudah jauh jauh jalan ke sini. Dan ini adalah kali pertama mau main ke TMII mana saya tahu pintu 3 dimana.

Sebelum sampai di depan pintu gerbang, seorang wanita berambut panjang menegur saya kemudian menawarkan jasa ojek ke pintu tiga.

"Emang pintu tiga jauh ya dari sini?" tanyaku pada perempuan setengah baya tersebut.

"Iya, lumayan. Harus nyebrang ke sana dulu." jawabnya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Naik ojek aja neng, lima belas rebu bisa diantar sampai ke dalam." 

"Sepuluh ribu aja, bisa gak Bu?" tawarku. Dan si tukang ojek menyetujui.

"Yaudah Neng kita berangkat!" Saya pun menurut, dan perlahan motor shogun itu berjalan menuju pintu tiga, sesekali saya melontarkan pertanyaan kepada perempuan yang membonceng saya, juga sesekali ia balik bertanya, sehingga kami ngobrol di atas motor seperti orang yang sudah kenal sebelumnya.

Beberapa menit kemudian, kami--saya dan tukang ojek sampai di pintu masuk. Berhenti di depan petugas, lalu membayar karcis masuk sebesar dua puluh lima ribu rupiah. Dua lembar potongan kertas disodorkan kepadaku sebagai bukti bahwa saya telah membayar dan melakukan registrasi.

Sebelumnya sempat diingatkan bahwa di Taman Mini sedang ada renovasi sehingga jalan agak sedikit licin tapi karena penasaran pengen liat liat, saya memutuskan tetap masuk dan masih ditemani oleh tukang ojek perempuan yang katanya akan siap mengantar saya keliling.

Beberapa wahana memang banyak yang tutup karena sedang ada renovasi, katanya Taman Mini sekarang dikelola oleh BUMN sehingga banyak perombakan.

Yang buka hanya museum rumah adat, taman legenda, komodo, wisata air tawar, dan satunya lagi saya lupa. Ahh dasar emang ingatan saya gak bisa diandalkan.

Yang pertama kali saya kunjungi adalah rumah adat minang. Dari luar saja sudah kelihatan cantik dan menarik, sehingga semakin menambah rasa penasaran saya untuk berkunjung.
Foto : rumah adat minang


Setelah mengambil gambar, seorang lelaki tua yang berdiri di depan tangga mempersilahkan saya untuk naik melihat isi rumah adat minang.

Dengan senyum yang tertutup masker, saya pun menaiki tangga satu persatu dan langsung disambut oleh petugas kemudian diarahkan mengisi buku tamu.

Sisi kiri kanan dilengkapi kursi pelaminan khas minang dengan warna warni yang cerah juga di beberapa sudut terdapat patung yang dilengkapi dengan pakaian pengantin adat minang, bagian tengah diisi oleh benda benda sejarah.

Dan kabar baiknya, di sini pengunjung bisa berfoto menggunakan pakaian khas minang tersebut tapi tentu tidak gratis yah. Pengunjung harus bayar sesuai dengan aksesoris yang digunakan. Misal, saya tadi menggunakan mahkota di kepala dan selendang, maka tarif yang saya bayar sebesar dua puluh ribu rupiah sedangkan jika menggunakan semua baju pengantin lengkap dengan aksesoris pengunjung membayar lima puluh ribu dan bebas berfoto hingga puas.

Berikut beberapa spot foto di rumah adat minang.





Setelah puas berfoto ria, saya kemudian meminta petugas untuk melepaskan aksesoris yang menempel di kepala saya. Dan aksesoris ini sedikit mirip sih dengan aksesoris yang sering digunakan oleh gadis sulawesi.

Next menuju ke Rumah adat selanjutnya. Dari beberapa yang kulewati kelihatan sepi sih makanya tidak tertarik untuk singgah dan juga karena saya berkejaran dengan waktu.

Rumah adat kedua yang saya singgahi adalah Papua. Dari gerbang kelihatan rumah berbentuk kerucut yang terletak di tengah tengah kemudian disampingnya masih ada gedung  penginapan atau hotel yang bisa disewa.

Sebelum masuk disambut oleh dua patung yang berdiri di sisi kiiri dan kanan, masing masing laki laki dan perempuan dengan pakaian ciri khas papua, dan menariknya tubuh patung tersebut bergaris putih semacam abis di cat.







Di rumah adat papua ini, lumayan banyak spot fotonya tapi saya gak sempat masuk ke museum nya karena masih mau berkeliling ke tempat lain.

Setelah mengambil beberapa potret, langsung ngajak tukang ojeknya pindah ke tempat lain.

Dan masih sangat banyak rumah adat di Taman Mini Indonesia Indah dari berbagai provinsi yang belum saya kunjungi, berharap suatu saat nanti jika punya waktu luang dan semua wahana sudah terbuka, saya masih bisa berkunjung. Entah itu tetap sendiri atau sudah berdua. ehh berdua sama bestie maksudnya.

Terakhir, sebelum benar benar keluar dari area TMII yang seluas 150 hektar ini, saya menyempatkan diri singgah di depan pintu masuk museum pauna indonesia, atau lebih dikenal dengan museum komodo, sekedar ambil gambar lalu pulang.


Please jangan bilang "Komodo di belakang kamu aja berdua masa kamu masih sendiri?" wkwkwk

Dan finish ini adalah tempat terakhir yang saya kunjungi, selebihnya hanya memandang museum keong mas dari jauh karena masih dalam tahap renovasi.

Menit berikutnya, saya meminta tukang ojek mengantar ke jalan raya. Setelahnya langsung menanyakan berapa biaya sewa yang harus saya bayar setelah diantar berkeliling, tentu sudah bukan sepuluh ribu lagi sesuai kesepakatan awal karena beliau sudah bersedia mengantar, menunggu, dan beberapa kali saya minta tolong untuk mengambil gambar.

Katanya, saya harus bayar lima puluh ribu karena durasinya sudah satu jam. Well tanpa tawar menawar saya langsung menarik selembar uang kertas berwarna biru dari dompet saya, meski jujur sebenarnya itu adalah lembar terakhir.

Jadi total pengeluaran mulai dari masuk hingga keluar di taman mini kurang lebih seratus ribu, dengan rincian.

  1. Karcis Rp 25.000
  2. Sewa Aksesoris minang Rp 20.000
  3. Sewa Ojek  Rp 50.000

Entah tarif ojek itu adalah tarif yang sesungguhnya atau efek terlalu jujur saya yang memberitahukan bahwa ini adalah perjalanan pertama ke TMII.

Next cari angkutan umum kode 40 menuju kampung rambutan, kemudian lanjut dengan kode 121A menuju Ciangsana, sampe rumah langsung tidur pulas, intruksinya habis vaksin banyakin istirahat tapi saya malah keluyuran. Uppsss yang penting happy kan.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling