Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoh Amat

Foto : Dok. Pribadi

Judul buku : Sebuah seni untuk bersikap bodo amat || penulis : Mark Manson || Alih bahasa : F. Wicakso || Penerbit : PT. Gramedia || Tahun terbit : 2018 ||

Pada Bab pertama buku ini menceritakan tentang Charles Bukowski, lelaki pecandu alkohol yang senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, kikir,  dan tukang ngutang. 

Bukowski bercita-cita ingin jadi penulis namun karyanya ditolak oleh hampir semua majalah dan surat kabar, jurnal,  dan agen penerbit yang pernah dihubunginya. 

Bukowski yang bekerja sebagai penyortir surat di kantor pos, suatu hari didatangi oleh seseorang yang bekerja di penerbitan. Memberikan satu kesempatan kepada Bukowski untuk berkarya.

Saat itu, usia Bukowski sudah memasuki 50 tahun. Dan hanya ada dua pilihan. Tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting atau memilih jadi penulis dan kelaparan, "Tapi saya lebih memilih kelaparan saja. " Kata Bukowski. 

Setelah menandatangani kontrak, Bukowski menuliskan novel pertamanya hanya dalam tiga minggu. Di dalamnya dia menulis "Di dedikasikan untuk tak seorang pun"

Dia terus berkarya dan menghasilkan 6 novel dan ratusan puisi, menjual lebih dari dua juta copy. Popularitasnya melampaui harapan setiap orang, terutama ekspektasinya sendiri. 

Dari kisah perjalanan hidup Bukowski, saya bisa belajar bahwa kesuksesan setiap orang itu ada masanya. Bunga akan mekar pada waktunya masing-masing. Jadi tetaplah sabar dan berusaha!

Yang membedakan buku ini dengan buku motivasi lainnya adalah, jika di buku lain tulisannya mengarahkanmu untuk berbuat hal-hal positif maka buku karya Mark Manson ini melarangmu untuk melakukan hal positif. Contohnya, jangan berusaha! 

Untuk meraih kesuksesan bagaimana mungkin bisa di dapatkan tanpa usaha?

...

Ada tiga seni bersikap bodoh amat :

Seni #1 Masa bodoh di sini bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. 

Seni#2 Untuk bisa mengatakan bodoh amat pada kesulitan, pertama tama anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan

Seni#3 Entah disadari atau tidak, anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. 

Pada bagian akhir, penulis menceritakan tentang kematian salah satu sahabat yang dengan kematian itu memberi alasan kepada penulis untuk tetap hidup, menjalani hidupnya dengan lebih baik.

"....Anehnya, kematian seseoranglah yang pada akhirnya memberi saya alasan untuk hidup, dan mungkin moment terburuk dalam hidup saya adalah juga moment yang paling mengubah hidup saya. "

"Kematian membuat kita takut. Dan karena menakutkan, kita menghindar untuk memikirkannya, membicarakannya, kadang bahkan mengakuinya, bahkan ketika itu terjadi pada seseorang yang dekat dengan kita.. "

Namun, dengan cara yang aneh, berlawanan, kematian menjadi sebuah cahaya yang mampu menerangi bayangan makna-makna kehidupan. Tanpa kematian, semua terasa tidak penting, semua pengalaman, semua ukuran dan nilai nilai tiba tiba menjadi nol. 

Dalam buku pengembangan diri ini, penulis menunjukkan kepada kita bahwa kunci untuk menjadi lebih kuat, lebih bahagia, adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti memaksa diri untuk menjadi positif di setiap saat. 

Meskipun buku ini terjemahan dari bahasa inggris tapi buku ini gak ada typo nya sama sekali...


====

Terima kasiih sudah membaca dan berkunjung ke blog saya. Silahkan tinggalkan kritik dan saran yang membangun. 

_Nurhayati_


Komentar

  1. buku yang dari dulu pengen aku baca, tapi masih belum sempet juga dibaca
    aku suka buku buku pengembangan diri apapun itu, semoga next bisa tamatin baca buku ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Bob Sadino : Mereka bilang saya gila!

Temu yang menjadi Candu

Corn Peeling